Persaudaraan dan Toleransi
“Jika hal itu jauh dari manusiawi, maka jauhi itu” Hanifa Fitri, Siteba, Padang, 20/7/2017
Sampai kapanpun, kita tidak akan lepas dari sifat baku kita. Baik dan buruk sudah ada kodratnya. Suatu hal berupa perilaku dan kebiasaan ada baik dan buruk. Karena akhir dari perbuatan kita adalah timbangan. Benda itu akan menimbang amalan kita selama di dunia ini. Adapun seorang yang timbangan amal baik nya berat, maka masuklah ia ke surga. Begitupun sebaliknya.
Lingkungan akan mempengaruhi seseorang. Kata tersebut sering kita temui selama ini. Jika baik lingkungannya maka baik pula orangnya, begitupun sebaliknya. Nah, jika baik dan buruk yang telah ia dapatkan dari lingkungannya maka tentulah seseorang itu juga akan mempengaruhi yang lain. Perbuatan baik dan buruk dalam seseorang sangat mempengaruhi bagaimana ia bergaul sesama lainnya. Ini hanya hubungan sebab akibat yang dekat dan tidak akan lepas dari kehidupan kita. Lingkungan mempengaruhi orang, orang mempengaruhi lingkungan.
Banyak pengaruh-pengaruh dari lingkungan A maupun dari lingkungan B sebenarnya tidak pernah mematikan sifat asli kita. Sedikit pasti masih ada. Berapapun banyaknya yang mempengaruhi seseorang, pasti ia akan memilih bergaul pada yang nyaman dan sesuai dengan dirinya.
Pergaulan yang nyaman dan sesuai bagi seseorang akan menimbulkan rasa cinta sesama kelompok bermain tersebut. Dan cinta itu akan menimbulkan Persaudaraan.
Umur 20 tahun-an adalah masa transisi menuju dewasa. Masa berpikir paling banyak, masa pusing memilih, masa menentukan jati diri dan tujuan hidup, dan masa malas yang menggodai. Hal yang tidak kalah penting adalah masa Persaudaran yang paling erat.
Memilih, tak jauh dari perkara memilih baik dan buruk. Maka perhatikanlah apa yang kita pilih. Jangan nantik kita sudah memilih yang baik, dan setelah baik kita akan menghakimi orang yang kurang baik. Ah, begitu hebatnya setan ber-level tinggi menggoda orang yang telah baik.
Contoh. Ada seorang gadis ingin berhijrah dari yang buruk menjadi yang baik. Sebelumnya dia tidak memakai kerudung dan foto yang bersuka ria di sosial media. Lalu ia ingin hijrah, dan si gadis itu memakai kerudung syari. Tapi foto dia berkerudung masih suka ada di sosial medianya. Maka janganlah kita cepat tangan untuk menghukumnya apalagi mengejek dan memperolok-olokkannya.
QS. Al-Hujuraat/49 :11
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
[1409]. Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh.
[1410]. Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: hai fasik, hai kafir dan sebagainya.
Sudah bagus dia mau berkerudung dan menutup aurat. Namun, semua nya butuh proses. Tidak ada mie instan yang baik bagi kita. Kita dihidupkan pun tidak langsung besar dan bertenaga. Dalam berdakwah pun kita harus berlaku lemah lembut. Seperti firman Allah swt :
QS. Ali Imran/3: 159
159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. … (QS.3:159). Hendaklah kita mencontoh perilaku Nabi kita Muhammad ﷺ yang berlaku lemah lembut, janganlah kita keras apalagi berhati kasar. Segala sebab akibat sebenarnya telah ada dalam Al-Quran. Allahu a’lam.
PERSAUDARAAN
Seperti yang telah sama-sama kita ketahui bahwa umat muslim itu semuanya bersaudara. Maka janganlah ada diantara kita yang saling memusuhi, diskriminasi, dan membenci antar sesama. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (Q.S. AL-Hujuraat/3: 10).
Persaudaraan didalam Islam seperti tubuh, apabila salah satu anggota tubuh itu sakit, maka merasa sakit lah sekujur tubuh tersebut, begitupun sebaliknya. Mengapa kita harus berpecah-belah, ada golongan ini ada golongan itu.
… dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (QS. Ar Ruum/30 : 31,32).
Saya pernah mendengar seorang teman berkata “Bagaimana pun agama ini pada akhir zaman kan terbagi menjadi 73 golongan, lalu ya gimana lagi”. Ah, kalimat itu terlalu pasrah dan lemah. Mari kita perhatikan hadist yang menjelaskan tentang hal itu. “Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan yang seluruhnya akan masuk neraka kecuali satu. “Lalu, ditanya, “Siapakah satu golongan itu?” Rasul menjawab, “Golongan yang mengikutiku dan para sahabatku.”
Nah, kecuali satu. Satu golongan itu adalah yang mengikuti Rasul dan para sahabat. Ketika ditanya golongan yang satu itu Rasul tidak menunjukkan satu nama golongan, namun beliau menyatakan, “Golongan yang mengikutiku dan para sahabatku”. Dari Dr. Muhammad ‘Abid Al Jabiri dalam dialognya “Di Damaskus Mereka Bertanya “Apakah Anda Memiliki Air?” ,”(Dialog Timur&Barat, 2015). Mengatakan bahwa, dengan demikian yang Rasul sabdakan adalah metode mencapai keselamatan itu dan bukan golongan mana yang selamat. Bahkan termasuk berbagai perdebatan dari banyak maqashid al-syar’I yang tercakup dalam penentuan itu dan dapat mengakibatkan terjadinya permusuhan dan saling dengki di antara manusia, baik secara individu maupun kolektif.
Jadi, janganlah ada golongan yang diantara kita yang menimbulkan cerai-berai. Cukup ikuti saja Rasulullah dan para sahabatnya. Islam adalah agama damai, agama yang sempurna.
… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. Al-Maaidah/5 :3)
Allahu A’lam
Comments
Post a Comment