NEGERI PENUH MISTERI
Ada 5 tenda barack telah berdiri di sudut luasan
lapangan ini. Terlalu besar dibilang lapangan futsal, dan cocok dibilang
lapangan bola (hehe). Rerumputan yang sesuai sekali untuk luasan tanah yang
bernama lapangan. Warnanya hijau dan rata dengan tinggi rumput layaknya karpet
hijau yang terbentang lebar di pinggir pesisir ini. Ya, dari deskripsi tanah
ini sudah tepat sekali untuk tenda kami berdiri.
Jika kita pedomani arah mata angin, maka arah Timur
Laut adalah hutan. Dan jika kita teruskan sampai batas nagari, maka terdapatlah
hutan lindung yang telah terdapat pengukuhan hutan dari kementrian yang
bersangkutan. Hampir separuh dari penggunaan lahan di nagari ini adalah hutan
lindung. Itu sangat besar sekali dibandingkan dengan kawasan perumahan yang
terdapat di nagari ini. Kita hanya dapat melihat (tidak sampai) 1% luasan
permukiman dari keseluruhan luasan wilayah di nagari ini. Dan hampir 50%
mendominasi hutan lindung. Belum lagi jenis landcover
lainnya berupa semak belukar dan sawah. Dari citra satelit, aku
menebak-nebak pada bagian manakah akan menginjakkan kaki terlebih dahulu?
Kemanakah jalan untuk ke masjid? Di mana akan parkir mobil AD dan kendaraan
bermotor? Pertanyaan tersebut menjadi upaya persiapan lapangan yang harus aku
hadapi selama di sini. Nagari Sungai Pinang.
Kembali ke lapangan. Di sebelah Timur Laut dari
lapangan ini terdapat tanah kosong yang berlumpur. Ya, sore hari puluhan kerbau
berbondong-bondong ke sana untuk pulang. Kalau boleh aku berkata itu adalah
kandangnya (walaupun tidak ada bangunan kandang). Puluhan, iya puluhan. Kata
salah seorang bapak dekat mushola itu jumlahnya ada 50 ekor kerbau. Tapi aku
hanya mampu menghitung 30 ekor saja. Puluan kerbau di sana semalaman sampai
terbit fajar. Tanpa kayu yang memagari, tanpa bangunan kandang. Selama nagari
ini masih berdiri hingga saat ini, belum pernah kejadian hal seperti penculikan
kerbau terjadi. Dalam analisaku saat itu menyatakan bahwa masyarakat di sini
telah saling percaya satu sama lain dan hidup dalam kondisi sangat akur dan
damai. Dibuktikan dengan ternak yang bebas bergaul dengan area masyarakat. Ya,
bukan hanya kerbau. Terdapat juga puluhan sapi, puluhan kambing, dan ayam
ternak. Kami sempat kewalahan mengawasi kambing yang sering singgah ke tenda
untuk mencicipi bahan makanan bagi kami yang tinggal di sini selama 3 hari.
Termasuk hewan pemburu seperti “dog” dalam bahasa inggrisnya. Anjing, kita
menyebutnya. Hal-hal yang berkenaan dengan bentuk dan berbagai perilakunya
memang pantas disebut sesuai namanya. Puluhan anjing berkeliaran disini dan
tidak tahu siapa pemiliknya. Atau jika aku boleh menyatakan bahwa hewan pemburu
ini tidak ada pemiliknya. Nah maaf sebelumnya, jika seseorang saja dari utara tahu akan kondisi hewan pemburu yang berkeliaran tanpa pemilik di sini, mungkin
mereka telah menangkap hewan ini untuk dikonsumsi.
Segala hal yang menarik dan aneh dalam kehidupan kita
itu datang dari mana saja, meskipun itu binatang. Dari sana kita bisa belajar
walaupun sedikit, walaupun sempit. Tapi belajar memang tidak peduli objek.
Belajar itu tidak pilih-pilih. Karena belajar tanpa alasan. Tidak ada alasan
bagi kita untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar memang tuntutan iman. Ya,
wajib bagi kita semua. Ketika seseorang bertanya kepada ku “kenapa kamu mau
belajar masak?” dan atau “kenapa kamu mau belajar seni ini?”, maka aku
menangkis dengan “kenapa belajar harus memiliki alasan?”. Bukankah kita disuruh
untuk belajar. Berapa pun umur kita dituntut untuk selalu bejalar. Dalam hal
apa pun itu. Kalau belajar punya alasan mengapa orang tua harus memarahi anak
yang tidak mau belajar. Bukankah seorang anak TK/SD tidak punya alasan mengapa
dia disuruh ke sekolah? Ya, mereka tidak tahu sama sekali apa guna belajar
bahasa, apa guna belajar matematika dan pelajaran lainnya. Wajar jika orang tua
marah kepada anaknya yang tidak mau belajar. Jadi jika ingin alasan maka alasan
yang tepat adalah ‘hukum wajib’. Ya, sama dengan hukum shalat lima waktu atau
puasa Ramadhan. Hukumnya wajib. Dan dasarnya yaitu Iman dan Islam.
Jika dilirik, masyarakat di sini 100% Islam.
Dinyatakan dengan sebelah Barat Daya terdapat satu Mushola kecil (juga ada di
Barat 1 Mushola), dan di arah Tenggara berdiri Masjid cukup untuk luasan 1%
permukiman yang sangat kecil dari seluruh luas wilayah nagari ini.
Nagari ini berada di Selatan Nagari Sungai Pisang.
Tepatnya berada di Selatan dan telah berada di luar wilayah Kota Padang. Nagari
yang berada di Utara Pesisir Selatan. Ya, ini wilayah pesisir. Permukiman dekat
pantai dengan aktifitas berciri pesisir. Tentu mata pencaharian utama
masyarakat adalah nelayan. Dan berternak juga ramai ditemukan di sini. Jarang
hal-hal lain seperti berkebun. Setelah ditanya ternyata dikarenakan oleh ternak
masyarakat yang berkeliaran ini akan menjadi konsumen pertama dari
tumbuhan-tumbuhan yang mereka tanami. Terang saja berkebun maupun menanam pohon
sangat sulit di sini. Jadi jika ingin menanam pohon harus tegas dan benar-benar
harus menjaga pohon itu untuk tumbuh besar. Perjuangannya tentu lebih
bertenaga. Begitulah sisi lain dari menanam pohon yang kita anggap sia-sia di
tempat kita. Ini terjadi hanya di daerah ini. Bukan keseluruhan wilayah di
nagari ini. Faktanya 50% atau lebih di nagari ini telah tumbuh luasan hutan
lindung. Tentu tidak masalah jika menanam pohon kurang diutamakan di sini.
Melaut adalah pekerjaan paling top. Menangkap sumber daya laut yang banyak di
barat Sumatera, dan memperdagangkan hasil tersebut sehingga menjadi uang yang
siap untuk kehidupan. Ya, uang tentu menjadi tren utama dalam kelangsungan
hidup pada abad 21 ini. Apalagi di kota-kota besar.
Tubuhku terguncang hebat kala memasuki wilayah ini
dengan mobil TNI AD bersama rekan jurusanku, jurusan paling keren. Memang
keren, mungkin suatu nanti akan ku buktikan betapa kerennya aktivitas dan
pemikiran dari jurusan ini. Contohnya saja perjalanan ini, tujuan, maupun
konsep. Entah bagaimana caraku membuktikan nanti. Tapi tulisan ini mungkin bisa
menjadi bukti pertama. Hehe. Jelas
saja terasa sangat berguncang. Jalan yang masih belum ber-aspal dan sedikit
berkelok menjadikan beberapa orang di mobil kami muntah. Mabuak, begitu kami menyebutnya. Bukan hanya sebab konsisi jalan
dan jarak yang membuat beberapa orang yang mabuak
ini muntah. Tapi, dipancing juga oleh seorang yang bersuara muntah
mengolok-olokan korban mabuak agar
terjadilah ketidak semimbangan gaya di perut dan atau sistem pencernaan teman
yang doyan mabuk darat ini. Termasuk aku, untungnya aku tidur pulas di dalam
mobil sehingga tidak mengalami mabuk darat.
Menilai akses yang telah terdeskripsi di atas, tentu
tergambar bahwa akses yang sulit ke nagari ini menjadikan perkembangan yang
agak terhambat. Tidak ada mobil khusus seperti bus, angkot, dan kendaraan
angkutan antar wilayah di nagari ini. Sehingga jika seorang ingin pergi ke
Padang atau ke luar daerah lain harus mengendarai kendaraan pribadi atau numpang dengan mobil yang mau ke daerah
lain. Tapi, apapun kondisinya nagari ini masih kerap berkaitan dengan Kota Padang.
Menjual ikan hasil laut pemasarannya di Padang, jika ingin menjual hewan ternak
juga menempatkan sasaran ke Kota Padang, kebutuhan pokok seperti ke pasar juga
dari Padang, apalagi kebutuhan sekunder dan tersier tentu dari Padang. Bukan
itu saja, jika ada yang terdapat sakit parah seperti kanker tentu puskesmas
yang berdiri satu-satunya belum bisa menangani dengan optimal, maka jalan lain
tentu rumah sakit yang berada di Padang. Tidak terlalu jauh, hanya sekitar 2
sampai 2,5 jam lamanya dari nagari ini sampai ke pusat Kota Padang.
Berbincang dengan masyarakat adalah tugas utama kami
di sini. Tentu dengan percakapan dari nol sampai percakapan yang berbobot.
Orang menyebutnya dengan gaya bahasa seorang intelektual. Tapi tidak terlalu
begitu. Kita harus menyesuaikan model bahasa dan pergaulan di mana pun kita
berada. Itulah yang sering diungkapkan oleh petatah “Di ma bumi dipijak, disitu langik dijunjuang”. Di mana pun kita
berada hendaknya menyesuaikan tata dan hukum yang berlaku di negeri tersebut.
Aku mengutip beberapa penjelasan dari bapak dekat
mushola itu, bahwa Nagari ini dulunya berada di hutan arah Utara. Namun
pergerakannya telah sampai ke pinggir daratan yang kita sebut pantai. Inilah
juga tersebut sebagai Nagari Sungai Pinang baru. Nagari ini sati. Dahulu jika
ada yang berniat jahat ke sini pasti tidak akan berhasil. Jangan hanya itu,
ancaman gempa dan tsunami saja tidak sampai ke daerah ini. Begitu kira-kira
makna sakti dari nagari ini. Konon di dalam hutan itu terdapat air terjun. Ada
namanya air terjun tak terlihat. Yang mana suara air terjun yang deras
terdengar tapi apabila kita cari objeknya tidak ketemu. Juga terdapat batu
bersuara. Ya, kita dapat berkomunikasi dengan batu tersebut. Hal ini belum
dapat ku buktikan dengan langkahku yang belum sampai ke sana. Ini hanya
simpulan percakapan dengan masyarakat sekitar.
Melirik dari deskripsi paragraf di atas ini maka mengenai
dengan judul tulisan ini sudah pantas tertulis. Setelah perbincangan ini
selesai, kesimpulan baru ku kembali terurai. Benakku kembali mencerna makanan
baru yang telah masuk. Menyatu dengan zat-zat hasil analisa pertama. Perihal
hewan ternak yang tidak berkandang, tidak ber-area main. Mereka berbaur di
daerah masyarakat beraktivitas. Dan uniknya, mereka tidak dicuri atau pergi.
Jelas saja masyarakat yang memiliki hewan ternak tidak khawatir. Bukan sebab
tidak dikandangi, atau tidak dipagari. Tapi sebetulnya hewan ternak itu telah
dipagari dengan kata sati dari nagari
ini. Iya, hewa ternak di sini aman dan terjaga. Pemilik ternak tentu memiliki
cara yang khusus dalam berternak. Ada cara tertentu tentunya dalam memanggil
hewan ternak, atau dalam menjaga ternak itu sendiri. Belum jadi berbuat seorang
pencuri mungkin telah kalah dahulu. Boleh tidak percaya dengan paragraf ini.
Wajar saja sebab ini hanya analisa saja.
Tema kami di sini adalah wisata. Tentu saja nagari ini
termasuk dalam kategori wisata. Dicirikan dengan pantai dan atau laut sebagai
objek wisata bahari. Ditambah lagi dengan air terjun yang telah kita bicarakan
tadi. Beberapa team akses dan wisata dari kami telah ada yang sampai ke salah
satu air terjun. Juga beberapa pemandangan pantai penuh eksostik. Dibuktikan
juga dengan beberapa orang asing seperti bule yang senang tinggal di sini.
Sudah lengkaplah keindahan dan pesona nagari ini. Silahkan lihat foto-foto yang
dipaparkan di halaman blog ini. Hehe semoga bermanfaat.
Gadang kabau nyo ko... foto terakhirnyo...
ReplyDeleteCarito mistisnyo masih kurang.. tambaha lah..
kerennnnnn
ReplyDelete