Posts

Showing posts from 2016

Jarum Waktu

Image
Jarum yang terus berputar setiap detik-detik berdetik. Ia pedangku. Aku latih selalu diri untuk mengendalikannya. Aku pakai ia untuk menaklukan segala pekerjaanku.  Ketika satu detik alpa, ia mulai menciumku dengan bibirnya yang tajam. Sungguh tajam, ciuman mematikan itu. Kadang terasa tumpul kala aku terlena bisikan peri. Meremehkan si kecil jarum. Aku hampir terbunuh. Aku benar-benar kalah. Darahku bercucuran menjejaki langkah-langkah aku tertatih. O bak mawar merah merona, kau harum dengan merahmu. Sungguh sia-sia, kau tak ku jaga. Mau sampai kapan luka ini mengalir. Aku butuh, kau si penggerak raga. Si pedang berseru, “Jangan lupakan aku! Kejar aku! Sekarang juga!” Aku mencoba berlari mengejarmu yang kian berlari. Sudah, jangan menari-nari di atas darahku. Aku mendapatimu, aku menggapaimu. Tapi tidak. Kau menari lagi di tetesan darahku. O tubuh bisu mengapa kau diam berlumpur darah. Tidak, tidak aku. Aku terbunuh. Bantaian leherku tak kunjung reda. Pedan

Mie Instan

Image
Cepat dan mudah memang jadi alasan terbaik untuk menyukai kata instan. Begitu juga soal makanan. Jika instan dalam makanan bisa jadi enak tentunya, apalagi jika lapar sedang memuncak. Mie instan, salah satu makanan instan yang mudah dan cepat disajikan. Disukai banyak orang bahkan hampir semua orang menyukai mie instan. Terutama anak-anak. Ketika aku kecil, mie instan adalah makanan yang paling aku suka. Bahagia sekali bila lihat mie instan dan memakannya mentah-mentah. Dilain sisi banyak orang yang melarangku untuk memakannya. Terutama ibu. Ibu melarang makan mie instan dalam keadaan mentah. Apalagi terus-menerus dan menjadi makanan favorit. Pertama kali makan mie instan itu dengan nenekku. Nenekku mengajakku pergi main-main sekitar rumah dan menemukan warung kecil. Di sana aku ditawarkan makan mie instan yang direbus (dengan cara dimasukan air hangat ke dalam bungkusan mie instan dan diikat karet gelang). Lalu ditunggu beberapa saat hingga mie instan tersebut mengembang dan s

Niagara Sumatera Barat

Image
Sudah lama terasa tidak nge -blog soal Air Terjun. Hehe . Nah, kini ada yang lebih menarik dari tren wisata sebelumnya. Simpel, tapi ‘wah’. Begitu aku menyimpulkannya. Hari itu Senin, 28 November 2016 kami pergi ke objek ini secara mendadak. Ceritanya seorang teman memberitahu tentang ini di kampus. Ia memamerkan sebuah foto orang lain dari instagram. Tergambar indah suasana air terjun yang begitu segar. Citranya hampir-hampir mirip dengan air terjun Niagara. Buih-buih air yang berjatuhan seperti busa yang mengempul bak asap putih di udara. Pandangan pertama yang ku lihat dari foto itu membuatku langsung ngiler untuk ke sana. Singkat cerita akhirnya kami pergi dengan 3 motor menuju Jl. By Pass Lubuak Minturun yang tidak jauh dari kampus kami berada. Sebelum pergi kami menebak-nebak di mana objek ini berada. Ya, dari citra Google Earth tentunya. Dari citra terlihat jelas sungai besar yang sedikit patah yang kami cari di sekitar Koto Pulai. Kami langsung meng-klaim titik itu adala

NEGERI PENUH MISTERI

Image
Ada 5 tenda barack telah berdiri di sudut luasan lapangan ini. Terlalu besar dibilang lapangan futsal, dan cocok dibilang lapangan bola (hehe). Rerumputan yang sesuai sekali untuk luasan tanah yang bernama lapangan. Warnanya hijau dan rata dengan tinggi rumput layaknya karpet hijau yang terbentang lebar di pinggir pesisir ini. Ya, dari deskripsi tanah ini sudah tepat sekali untuk tenda kami berdiri. Jika kita pedomani arah mata angin, maka arah Timur Laut adalah hutan. Dan jika kita teruskan sampai batas nagari, maka terdapatlah hutan lindung yang telah terdapat pengukuhan hutan dari kementrian yang bersangkutan. Hampir separuh dari penggunaan lahan di nagari ini adalah hutan lindung. Itu sangat besar sekali dibandingkan dengan kawasan perumahan yang terdapat di nagari ini. Kita hanya dapat melihat (tidak sampai) 1% luasan permukiman dari keseluruhan luasan wilayah di nagari ini. Dan hampir 50% mendominasi hutan lindung. Belum lagi jenis landcover lainnya berupa semak belukar dan

Pesona Nagari Surau

Image
Harapan indah kekhawatiran 'ribet'. Itulah nada-nada sebelum aku berangkat mengikuti KKL 2 di nagari sungai durian pada hari itu. Indah dalam makna alam yang indah, sejuk dan menyenangkan. Suatu hal baru yang belum aku temui dan cantik untuk dipelajari tentu bukan hanya pada dua dimensi saja. Suatu benda yang mampu merekam satu detik dalam hidup kita itu harus aku manfaatkan dengan baik. Dan suatu benda yang bisa merekam jejak kemana aku pergi tentu harus ada sebelum hari H. Ya, gampang cara memang menggunakan GPS pada android. Namun semua handphone android ku telah rusak akibat banjir yang datang sebelumnya. Hari itu juga ku usahakan segala cara untuk mendapatkan benda perekam jejak tersebut. Dengan keterbatasan uang pada tanggal tua ini ku beli baterai android yang murah saja asal bisa digunakan GPS nya. Berhasil? Tentu. Berusaha meminimalkan benda yang aku bawa dengan tas kecilku yang enteng. Gampang sehingga mengurangi bermacam kerepotan tertentu di lapangan. Pagi itu