SANG WALI
Wali (Allah) adalah orang yang beriman, bertaqwa, suci penuh dengan karramah. Adapun wali, tetap ada sepanjang zaman, walaupun Nabi terakhir sudah tidak ada di dunia yang fana ini. Pada abad ke 9 terdapat wali yang biasa dikenal dengan Al-Hallaj, ulama sufi yang dilahirkan di kota Thur, Iran pada 866 M.
Al-Hallaj sangat terkenal dengan
ucapannya “Ana Al-Haqq”, waktu berkata itu ia dalam keadaan dipuncak ekstase.
Keadaan dimana seseorang yang tidak ada lagi hijab antara dirinya dan Rabb.
Begitu dekatnya sang wali dengan Tuhan. Namun, Kalimat yang diucapkan tersebut
mengundang ancaman dan hukuman, bahkan hukuman mati.
Perbedaan aku dan Aku.
Rumi mengatakan, “Kata-kata
‘Akulah Kebenaran’ adalah pancaran cahaya di bibir Manshur, sementara Akulah
Tuhan yang berasal dari Fir’aun adalah kezhaliman”.
Suatu hari iblis bertanya,
“mengapa aku berkata seperti yang kamu katakan dikutuk sampai kiamat sedang
jika kamu berkata malah di angkat jadi wali?”. Al-Hallaj menjawab, “Kamu ketika
mengatakan itu, kamu masih memandang dirimu (aku), tapi aku ketika mengatakan
‘Ana Al-Haqq’, aku lebur, aku tidak ada lagi, yang tinggal hanyalah Aku”.
Mengambil pelajaran dengan siapa saja.
Suatu saat Al-Hallaj mengambil
pelajaran keimanan dari iblis. Di sini Al-Hallaj mempunyai pandangan yang
tersendiri, “Iblis, ketika disuruh sujud kepada manusia ia tak mau. Ia hanya
mau bersujud kepada Allah” begitu kira-kira perkataan Al-Hallaj. Lihat
bagaimana seorang wali tetap berpositif thingking kepada iblis sekalipun yang
jelas-jelas musuh nyata manusia. Mulianya sang Wali tetap rendah hati walaupun
ilmunya telah tinggi dan dikaruniai karamah oleh Allah. Namun, dalam belajar
beliau tetap menjadi murid.
Doa sebelum mati.
Al-Hallaj dipenjara, disiksa,
dipotong tangan dan kakinya, hingga kepalanya di penggal. Sebelum kepalanya
dipenggal, mati, Al-Hallaj berdo’a “Ampunilah mereka, tetapi hukumlah aku atas
dosa-dosa mereka.”
Bayangkan jika kita pada posisi
itu, mungkin kita tidak akan minta ampunan untuk orang-orang yang telah
menyakiti kita. Begitu sang Wali mulia hatinya sampai mati.
Sang wali meniadakan aku dengan
adanya Aku. Tetap berjiwa murid, dengan rendah hati para murid kepada apa saja
yang bisa diambil hikmah, dan mempunyai positif thingking yang tinggi.
Terakhir, sang wali berhati mulia mendoakan orang yang menyakitinya dengan
memohon ampunan untuk mereka kepada Allah s.w.t.
Allahu a’lam.
Limapuluhkota, Apr 9, 2020
Comments
Post a Comment